Sabtu, 10 Oktober 2015

Perusahaan Jelek tapi Harga Sahamnya Melejit, Mengapa?

Bila sebuah saham perusahaan diperjualbelikan di bursa saham dan perusahaan itu mencetak keuntungan atas usaha yang meningkat, maka apakah sahamnya sama baiknya dengan kinerja perusahaannya?

Jawabannya adalah tidak selalu. Bila ada perusahaan berkinerja baik dan memuaskan namun harga sahamnya tidak sebaik kinerja perusahaannya maka dalam analisa saham sering dikenal dengan saham yang undervalued.

Mengapa undervalued? Karena harga sahamnya tidak sesuai, alias kemurahan dibandingkan kinerja perusahaan yang meningkat dan baik. Itulah yang dikenal sebagai value investing, membeli saham seperti Warren Buffett, investor kelas dunia.

Namun, kini pernyataan dan pertanyaannya ingin saya balik. Apabila ada saham sebuah perusahaan yang berkinerja sangat baik, dalam 4 bulan membuat semua pemegang sahamnya mendapat "durian runtuh", untung 100 persen, namun kontras dengan kinerja perusahaan yang justru menderita kerugian, hutang menumpuk, bahkan hingga gagal bayar, bagaimana dengan hal ini? Apakah ini terjadi dalam praktek sehari-hari di bursa?

Ternyata banyak saham yang tidak sejalan dengan kinerja perusahaannya! Walaupun perusahaannya rugi, kenapa bisa harga sahamnya melejit naik?

Itu adalah sebuah kejadian yang perlu perhatian khusus dari semua pelaku dan yang baru mau mengenal dunia saham. Kenaikan harga saham yang tidak disebabkan oleh peningkatan kinerja perusahaan bisa terjadi oleh karena banyak hal. Hal yang paling mudah menaikkan harga saham adalah gosip panas atau rumor.

Bisa ada sebuah cerita yang entah datangnya dari siapa, yang menghembuskan informasi fiktif dan biasanya memiliki kepentingan agar harga saham perusahaan tersebut mengalami kenaikan.

Saat informasi ditanggapi secara hangat oleh para pelaku pasar yang suka ikut-ikutan, banyak yang akhirnya membeli saham tersebut. Si pemberi rumor justru mengambil keuntungan.

Contohnya sebuah perusahaan berkinerja buruk dengan harga saham Rp 100, saya kumpulkan sahamnya, lalu saya informasikan atau membuat gosip bahwa perusahaan tersebut akan dibeli oleh perusahaan terkenal dari Amerika Serikat dengan harga fantastis karena melihat masa depan cemerlang.

Karena cerita tersebut dianggap menarik, banyak orang ikut membeli saham perusahaan. Alhasil, harga bergerak menjadi Rp 200, dan saya sudah menjualnya ketika saham bergerak ke angka tersebut.

Penulisan artikel ini sebenarnya karena saya tergelitik setelah salah seorang rekan berkata bahwa ada beberapa perusahaan yang saat ini sedang booming dan terus menerus memberikan injeksi dana ke usahanya meskipun merugi.

Ketika ditanya skema bisnis apa yang nantinya bisa menguntungkan perusahaan tersebut, apa kira-kira jawabannya?

Pemilik perusahaan tersebut memiliki dua exit plan strategy. Pertama adalah menunggu perusahaan itu dibeli oleh perusahaan lain yang lebih besar dan strategi lainnya adalah menerbitkan saham perusahaan itu untuk umum (IPO, initial public offering). Lah, kalau rugi nanti bagaimana nasib IPO-nya?

Artinya, selain kita perlu berhati-hati memilih saham yang sudah ada untuk berinvestasi, kita juga dihadapkan bahwa perusahaan yang sedang tren tidak selalu nantinya akan menarik untuk diinvestasikan.

Cermatlah memilih, tidak ada nomor seri yang sama (kecuali uang palsu), uang dan harta Anda tanggung jawab Anda, bukan yang menawarkan maupun menyarankan investasi kepada Anda.

3 Oktober 2015 oleh; Ryan Filbert
www.kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar