Bila sebuah saham perusahaan diperjualbelikan di bursa saham dan
perusahaan itu mencetak keuntungan atas usaha yang meningkat, maka
apakah sahamnya sama baiknya dengan kinerja perusahaannya?
Jawabannya
adalah tidak selalu. Bila ada perusahaan berkinerja baik dan memuaskan
namun harga sahamnya tidak sebaik kinerja perusahaannya maka dalam
analisa saham sering dikenal dengan saham yang undervalued.
Mengapa undervalued?
Karena harga sahamnya tidak sesuai, alias kemurahan dibandingkan
kinerja perusahaan yang meningkat dan baik. Itulah yang dikenal sebagai value investing, membeli saham seperti Warren Buffett, investor kelas dunia.
Namun,
kini pernyataan dan pertanyaannya ingin saya balik. Apabila ada saham
sebuah perusahaan yang berkinerja sangat baik, dalam 4 bulan membuat
semua pemegang sahamnya mendapat "durian runtuh", untung 100 persen,
namun kontras dengan kinerja perusahaan yang justru menderita kerugian,
hutang menumpuk, bahkan hingga gagal bayar, bagaimana dengan hal ini?
Apakah ini terjadi dalam praktek sehari-hari di bursa?
Ternyata
banyak saham yang tidak sejalan dengan kinerja perusahaannya! Walaupun
perusahaannya rugi, kenapa bisa harga sahamnya melejit naik?
Itu
adalah sebuah kejadian yang perlu perhatian khusus dari semua pelaku dan
yang baru mau mengenal dunia saham. Kenaikan harga saham yang tidak
disebabkan oleh peningkatan kinerja perusahaan bisa terjadi oleh karena
banyak hal. Hal yang paling mudah menaikkan harga saham adalah gosip
panas atau rumor.
Bisa ada sebuah cerita yang entah datangnya
dari siapa, yang menghembuskan informasi fiktif dan biasanya memiliki
kepentingan agar harga saham perusahaan tersebut mengalami kenaikan.
Saat
informasi ditanggapi secara hangat oleh para pelaku pasar yang suka
ikut-ikutan, banyak yang akhirnya membeli saham tersebut. Si pemberi
rumor justru mengambil keuntungan.
Contohnya sebuah perusahaan
berkinerja buruk dengan harga saham Rp 100, saya kumpulkan sahamnya,
lalu saya informasikan atau membuat gosip bahwa perusahaan tersebut akan
dibeli oleh perusahaan terkenal dari Amerika Serikat dengan harga
fantastis karena melihat masa depan cemerlang.
Karena cerita
tersebut dianggap menarik, banyak orang ikut membeli saham perusahaan.
Alhasil, harga bergerak menjadi Rp 200, dan saya sudah menjualnya ketika
saham bergerak ke angka tersebut.
Penulisan artikel ini
sebenarnya karena saya tergelitik setelah salah seorang rekan berkata
bahwa ada beberapa perusahaan yang saat ini sedang booming dan terus
menerus memberikan injeksi dana ke usahanya meskipun merugi.
Ketika ditanya skema bisnis apa yang nantinya bisa menguntungkan perusahaan tersebut, apa kira-kira jawabannya?
Pemilik perusahaan tersebut memiliki dua exit plan strategy.
Pertama adalah menunggu perusahaan itu dibeli oleh perusahaan lain yang
lebih besar dan strategi lainnya adalah menerbitkan saham perusahaan
itu untuk umum (IPO, initial public offering). Lah, kalau rugi nanti
bagaimana nasib IPO-nya?
Artinya, selain kita perlu berhati-hati
memilih saham yang sudah ada untuk berinvestasi, kita juga dihadapkan
bahwa perusahaan yang sedang tren tidak selalu nantinya akan menarik
untuk diinvestasikan.
Cermatlah memilih, tidak ada nomor seri
yang sama (kecuali uang palsu), uang dan harta Anda tanggung jawab Anda,
bukan yang menawarkan maupun menyarankan investasi kepada Anda.
3 Oktober 2015 oleh; Ryan Filbert
www.kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar