Jumat, 18 September 2015

Ketakpastian Ekonomi Global

Belum pernah sidang bank sentral AS yang akan memutuskan soal suku bunga memicu panas dingin pasar dan ekonomi global dalam skala seperti ini.

Kepastian naik tidaknya suku bunga itu sendiri akan kita ketahui pada akhir sidang Komite Pasar Terbuka Federal (FMOC) Fed, 16-17 September waktu setempat. Peluang suku bunga naik lebih besar dari sebelumnya, mengingat data lapangan kerja AS yang membaik kendati beberapa indikator ekonomi AS lain masih melemah.

Mayoritas ekonom dan ahli strategi keuangan dunia mendukung kenaikan. Sebaliknya, Bank Dunia dan IMF menentang karena pertimbangan dampak terhadap negara berkembang. Kenaikan suku bunga AS dikhawatirkan akan kian memacu arus modal keluar dari emerging markets karena investor yang berharap kenaikan suku bunga lebih agresif di AS kian mencampakkan negara berkembang.

Kenaikan suku bunga sendiri dilematis bagi AS mengingat data pemulihan ekonomi negara itu sendiri belum solid. Akibatnya, Fed juga terus maju mundur dengan keputusan menaikkan atau tidak suku bunga. Sejak Fed memberi sinyal mengakhiri kebijakan quantitative easing pada 2013, pasar terus menerka-nerka kapan dan seberapa besar Fed akan menaikkan suku bunga. Jika Fed jadi menaikkan bunga, ini kenaikan pertama sejak Juni 2006.

Meski lebih siap dibandingkan saat AS menaikkan suku bunga pada 2013, posisi Indonesia dengan 63 persen utang dalam denominasi dollar AS dan rasio utang terhadap PDB 28 persen termasuk rentan karena 90 persen perekonomian terpengaruh oleh dollar AS (dollar zone).

Selain tekanan di pasar modal, pasar uang, dan pasar surat utang, yang perlu diwaspadai adalah kemungkinan membengkaknya beban utang, baik pemerintah maupun swasta, yang trennya terus meningkat beberapa tahun terakhir. Kerentanan lain Indonesia juga datang dari ketergantungan yang besar pada ekspor komoditas.

Bagi perekonomian dunia, kenaikan suku bunga AS ibarat pisau bermata dua. Di satu sisi, kenaikan bunga AS menjadi semacam penegasan terhadap pulihnya ekonomi AS. Kenaikan bunga AS juga memberi kepastian kepada otoritas moneter dunia, mengingat kebijakan Fed menjadi acuan bank sentral banyak negara dalam menentukan arah kebijakan moneter dalam negerinya.

Namun, di sisi lain, kenaikan suku bunga AS juga berpotensi memunculkan tekanan yang kian besar terhadap pasar saham, pasar uang, dan pasar surat utang global meski sifatnya jangka pendek. Di sini pentingnya respons kebijakan untuk meredam transmisi dampak sekaligus kerentanan (vulnerability) jangka panjang ekonomi kita.

Kenaikan suku bunga kali ini juga tak berarti sepenuhnya mengakhiri ketidakpastian yang ada. Setelah kenaikan bunga kali ini, kita masih harus menebak-nebak arah selanjutnya suku bunga AS, masih akan naik atau tidak. Semua bergantung pada situasi perekonomian AS. Volatilitas pasar mungkin masih akan terjadi beberapa bulan ke depan, sebelum akhirnya mengalami stabilisasi dengan sebagian modal akan kembali ke negara berkembang.


www.kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar