SUATU ketika semoga dirimu mengerti kita serupa dua garis sejajar
yang sedang dipisahkan oleh sebuah rongga yang di sebut doa. Ialah jarak
yang disediakan Tuhan untuk mengukur sejauh mana kita sanggup menjalani
kesungguhan bersetia pada satu cinta.
Ada satu hal yang mesti kita sadari, dua garis sejajar yang bertumbuh
kembang di antara kita juga semakna narahubung dua jiwa untuk
bersepaham bahwa kesediaan membijaksanakan pekerti untuk meneguh pada
janji menjadi begitu berarti. Sebab menghidupkan cinta juga berani
mematikan kekhawatiran sepi saat seseorang yang dicinta tiada di sisi.
Bukankah ketiadaan seseorang yang dicinta justru menciptakan rindu
yang bergemuruh dalam nurani. Jadi satukan rasa cinta dalam doa, saling
mendoakan satu sama lain agar dipantaskan oleh-Nya untuk berpadu dalam
mahligai asmara.
Lebih baik terpisah jarak dan disatukan oleh doa daripada tiada jarak
namun saling mengumbar kata cinta. Sungguh ketiadaan jarak hanya akan
menjadikanmu perayu sesama mahkluk, sedangkan apabila berjarak akan
berjuang saling merayu Tuhan semoga lekas dipersatukan dalam ikatan
pernikahan.
Sesederhana udara; ia seolah tiada namun justru ada. Demikian pula
cinta, tiada terlihat di mata namun dekat di doa. Sehingga Tuhan akan
menunjukkan keberadaan-Nya yang berhak menguji sejauh mana perindu
memberanikan diri untuk saling memantaskan diri bersegera menyempurnakan
separuh agama.
perindu itu, kita 30.08.2015
https://www.islampos.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar