Serangan bom Thailand terasa mengejutkan. Kendati negara itu sekian
lama didera krisis politik berkepanjangan, serangan bom dengan modus
teroris itu adalah serangan terburuk di Thailand dalam dekade terakhir
ini, khususnya di wilayah ibu kota Thailand, Bangkok.
Ledakan bom di Kuil Erawan, Bangkok, awal pekan ini menewaskan
sedikitnya 27 orang dan mencederai belasan orang. Ada yang menduga,
serangan bom itu bertujuan meruntuhkan perekonomian Thailand. Dugaan itu boleh jadi benar. Setelah mengalami periode sulit akibat
krisis politik dan perseteruan politik semenjak Thaksin Shinawatra
digulingkan dari kursi perdana menteri, perekonomian Thailand sulit
membaik. Belakangan, perekonomian negeri itu sedang berada di jalur yang
positif.
Bahkan, pertumbuhan ekonomi yang tercapai melebihi harapan para
ekonom. Ketika politik mulai stabil pula, wajar bila muncul tudingan
soal motif ekonomi. Perekonomian Thailand masih tumbuh 0,4 persen pada
kurun waktu April-Juni 2015. Naik dari 0,3 persen, pada kuartal
sebelumnya. Persentase 0,4 persen ini di atas ekspektasi para ekonom
yaitu hanya 0,2 persen.
Belanja pemerintah dan sektor pariwisata juga membaik sehingga mampu
menggairahkan dinamika perekonomian. Devaluasi mata uang yuan yang
mengakibatkan banyak mata uang di dunia rontok, kendati juga
mempengaruhi Thailand, tidak berdampak buruk. Jika dugaan mengenai upaya
menjatuhkan perekonomian Thailand itu terbukti benar, maka ada dua hal
penting yang dapat ditarik dari peristiwa itu.
Pertama, praktik kekerasan bermodus teror, yang secara simplistis
disebut banyak pihak sebagai aksi terorisme, telah mengalami
metamorfosis gerakan dan pergeseran target aksi. Kedua, stabilitas
ekonomi dan politik tidak menjamin imunitas terhadap serangan teror
selama masih terjadi kesenjangan ekonomi.
Dalam sejarah praktik kekerasan bermodus teror massal,
seranganserangan brutal biasanya ditujukan pada target untuk menimbulkan
korban sebanyak mungkin demi memancing perhatian media massa terhadap
suatu kelompok yang berada di balik aksi teror.
Serangan bom di Bangkok memang menimbulkan korban yang besar, namun
jelas tidak dirancang untuk target korban yang bersifat massif.
Kecurigaan teror ekonomi karenanya sangat beralasan. Teror ekonomi dapat
disebut sebagai ”genre” baru dalam sejarah kekerasan teror di berbagai
belahan dunia.
Dalam situasi ketika perekonomian setiap negara tergantung satu sama
lain, krisis ekonomi pada satu negara akan dengan cepat menular ke
negara-negara lain dan mewabah menjadi kehancuran global. Dimensi itu
penting untuk dicermati pihak intelijen dan pengelola negara agar mampu
menangkal kemungkinan teror ekonomi di masa depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar