Minggu, 23 Agustus 2015, tepat dua tahun Ganjar Pranowo-Heru
Sudjatmoko memimpin Jawa Tengah. Jika pada satu tahun pertama
Ganjar-Heru banyak dikritik lantaran banyak program yang belum berjalan,
pada tahun kedua inipun, kritik belum hilang. Beberapa kalangan
menyatakan, Gubernur belum berhasil mewujudkan janji-janji kampanye saat
pemilihan gubernur walau harus diakui ada beberapa kemajuan selama dua
tahun mereka memimpin.
Pembangunan jalan, yang merupakan fokus perhatian Ganjar, terlihat
mengalami perkembangan kendati kerja lebih keras harus terus digenjot
agar hasil akhir benar-benar maksimal dan sesuai dengan anggaran yang
telah dikucurkan. Infrastruktur adalah prasarana, jadi merupakan
‘’syarat’’ sebelum sektor lain dapat berjalan. Karena itu, sangat
dimengerti apabila pembangunan jalan menjadi fokus. Terlebih, kualitas
jalan di Jateng tergolong buruk.
Di luar persoalan infrastruktur jalan, masih banyak pekerjaan lain
yang harus dituntaskan karena menyangkut kepentingan masyarakat luas
secara langsung, terutama masyarakat kelompok marjinal, pekerja
informal, dan pedesaan. Program kartu tani dan kartu nelayan yang dulu
digembar-gemborkan selama kampanye paling banyak menuai kritik.
Distribusi kartu tani sampai saat ini baru 240 buah di Kecamatan
Gringsing, Kabupaten Batang.
Problem kemiskinan juga belum terasa sebagai prioritas sasaran
program. Belum lagi sektorsektor lain seperti sektor pekerja informal
dan industri mikro-kecil, sektor pendidikan, dan sektor pertanian.
Konflik-konflik akibat benturan pendapat antara masyarakat dan
kepentingan pembangunan, seperti misalnya pembangunan PLTU Batang,
pendirian pabrik semen di Rembang, konflik Urut Sewu, dan sebagainya,
belum juga dapat teratasi.
Sudah pasti, sebagai gubernur, Ganjar memiliki keterbatasan ruang dan
waktu untuk menghampiri begitu banyak pekerjaan di seluruh wilayah Jawa
Tengah. Untuk itulah, keberadaan Heru Sudjatmiko sebagai wakil gubernur
diharapkan mampu membagi beban yang ditanggung gubernur. Manajemen
kepemimpinan gubernurwakil gubernur perlu dikelola lebih baik agar tidak
timbul kesan Ganjar seolah berlari sendirian. Gubernur adalah leader
sekaligus manajer.
Kritik terhadap kinerja Ganjar-Heru selama dua tahun memimpin tidak
lantas menihilkan sama sekali beberapa kemajuan yang telah dicapai.
Kritik itu hanya untuk mengingatkan bahwa Ganjar-Heru masih punya waktu
tiga tahun lagi, yang relatif singkat, untuk menuntaskan janji-janji
yang dulu pernah disampaikan ke publik. Pemenuhan janji itu akan makin
berat ketika kondisi ekonomi makro sedang tidak menggembirakan ditambah
dinamika politik ‘’tahun pilkada’’.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar