Apa sesungguhnya keuntungan strategis dari Jalur Samudera Cheng Ho
bagi dunia pariwisata Jawa Tengah? Menteri Pariwisata Arief Yahya
menegaskan, Kota Semarang menjadi tumpuan utama program wisata berbasis
jejak pelayaran Laksamana Cheng Ho itu.
Bahkan dari ”rute samudera” dalam peta pariwisata Nusantara itu,
Jateng diharapkan bisa memetik setidak-tidaknya dua juta wisatawan pada
tahun ini dibandingkan sebelumnya satu juta orang.
Jalur Samudera Cheng Ho dimulai dari Banda Aceh, Batam, Bangka
Belitung, Palembang, Jakarta, Cirebon, Semarang, Tuban, Surabaya, dan
berakhir di Bali. Semarang dinilai sebagai titik utama, karena memiliki
Kelenteng Sam Poo Kong dengan keterkaitan kekuatan historis sosok Cheng
Ho.
Kepala Dinas Pariwisata Jateng Prasetyo Ariwibowo mendukung paket
Jalur Samudera dengan rencana membuka konektivitas Kota Semarang dengan
daerah lain. Peta wisata yang mengkilas balik perjalanan muhibah Cheng
Ho itu, sebenarnya adalah rute yang bersifat konektivitas untuk
mengaitkan destinasi wisata di Tanah Air.
Hakikatnya, konektivitas menjadi kunci agar sebuah destinasi wisata
tidak berhenti tanpa terproyeksikan terhubung dengan destinasi yang
lain. Intinya adalah akses, yang merupakan ”kunci” bagi ”pintu masuk” ke
destinasi mana pun yang dipilih sebagai paket oleh para wisatawan.
Spirit Dinbudpar Jateng untuk membuka konektivitas Kota Semarang
dengan daerah lain, misalnya dengan Solo dan Yogyakarta yang selama ini
terelasi lewat Joglosemar, sejatinya juga mewacanakan pentingnya
penguatan akses.
Yakni dari dan ke Ibu Kota Jawa Tengah ini. Diskusi publik tentang
tuntutan peningkatan infrastruktur, terutama di kalangan pelaku ekonomi
dan pegiat pariwisata, merupakan salah satu realitas yang dihadapi.
Posisi strategis Semarang dalam peta pelayaran Cheng Ho, pada 2014
sebenarnya juga sudah menjadi proyeksi menteri pariwisata (waktu itu)
Marie Elka Pangestu. Kelenteng Sam Poo Kong, apabila dipromosikan lewat
paket-paket yang masif dan efektif, merupakan magnet untuk menarik
wisatawan terutama Tiongkok.
Di sini tentu termasuk memperkuat sisi- sisi pendukung seperti
kemudahan visa dan jaminan kenyamanan fasilitas teknologi informasi.
Maka Jalur Samudera Cheng Ho tidak cukup hanya menjadi peta imajiner
dalam pemasaran pariwisata Indonesia.
Kementerian Pariwisata, bersama seluruh stakeholder, perlu segera
bergerak membuka akses dan konektivitas destinasi di semua titik dari
Aceh hingga Semarang, Tuban, dan Bali dengan penyiapan komprehensif
semua yang berbau Sang Laksamana. Lagi-lagi, konsep mestinya harus mampu
mendorong pamaujudan infrastruktur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar