Peringatan Hari Kemerdekaan Ke- 70 Republik Indonesia, 17 Agustus
kemarin, mengetengahkan momentum beberapa segi keprihatinan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Utamanya dalam menyatukan visi
membangun kehidupan bidang ekonomi, penegakan hukum, pendidikan, dan
relasi sosial di bawah baju moralitas karakter bangsa. Pencapaian
membanggakan seperti apa yang menonjol hingga 70 tahun kemerdekaan ini?
Pidato kenegaraan Presiden Joko Widodo mengekspresikan suarasuara dan
wajah keprihatinan itu, namun dengan optimisme untuk bergerak menuju
perbaikan. Hanya, optimisme itu membutuhkan syarat-syarat yang merupakan
iktikad membangun kekuatan karakter. Kita membutuhkan visi kesatuan.
Perbedaan adalah keniscayaan dalam kehidupan demokrasi, namun dengan
tujuan yang satu, yakni perbaikan dan peningkatan taraf hidup rakyat.
Perekonomian yang pada satu sisi merupakan pantulan tekanan kondisi
global, berada pada titik ikhtiar mendorong perbaikan melalui perombakan
Kabinet Kerja Jokowi. Sektor krusial lain, penegakan hukum
memperlihatkan moralitas yang justru mengancam pencarian rasa keadilan,
ketika tafsir atas kesalahan tergantung pada kemauan lembaga tertentu.
Kekompakan antarlembaga merupakan tuntutan mutlak untuk kembali menata
moralitas komitmen.
Titik tujuh dasawarsa merdeka patut menggugat kemunduran cara pandang
kita terhadap demokrasi. Kriminalisasi para tokoh kritis yang menjadi
pilar-pilar pendorong transparansi dan akuntabilitas, jelas
memanggungkan sejarah buruk penegakan hukum. Bagaimana kita menghidupkan
nurani kejernihan berpikir, berpihak pada keadilan, dan memerangi
korupsi, ketika justru muncul kecenderungan pembungkaman bagian dari
cita-cita kemerdekaan?
Perjuangan untuk kembali meniupkan ruh kesantunan, kepribadian, dan
karakter seperti diimpikan lewat pidato Presiden Jokowi, kita pandang
sebagai tugas bersama untuk menegakkan trek perjalanan kemerdekaan.
Mereka yang merongrong kekayaan negara dengan berbagai justifikasinya
layak disebut sebagai pencoleng demokrasi yang membelokkan cita-cita
reformasi. Kita sudah banyak melihat dan merasakan gejala-gejala
memuakkan itu.
Revolusi mental dan Nawacita sebagai fundamen janji kampanye Jokowi
mesti diwujudkan sebagai kekuatan bangsa menuju perbaikan di semua
bidang. Pendidikan karakter, transformasi dan internalisasi kehidupan
berbhineka, serta kesantunan dalam interaksi kebangsaan adalah
elemenelemen yang secara konsisten mesti kita perjuangkan. Kita sudah
terlalu menjauh dari tata krama yang selama ini kita banggakan sebagai
karakter keindonesiaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar