SECARA fundamental, dolar Amerika Serikat (AS) sedang konsisten
perkasa mengalahkan hampir semua mata uang dunia. Namun di balik itu,
saham-saham di Wall Street, pasar saham AS, tetap mengalami jatuh bangun
menyertai kerontokan bursa-bursa saham di Eropa dan Asia belakangan
ini. Inikah indikasi terjadi keabnormalan pasar global? Bisa jadi,
mengingat arah pasar liar dan sulit diprediksi.
Imbasnya, para pelaku pasar finansial dan saham banyak merugi karena
salah prediksi ketika masuk pasar. Secara fundamental, dolar AS masih
merupakan satu-satunya mata uang yang paling perkasa di dunia. Para
pelaku pasar finansial banyak yang mengambil posisi sell (jual) pada
pair (pasangan mata uang) EUR/USD. Artinya, mereka menjual euro (EUR) dan pada saat yang sama membeli
USD, dengan prediksi dolar AS akan terus menguat sehingga mereka meraup
profit besar. Namun apa yang terjadi sejak minggu terakhir Juli lalu
hingga Senin (24/8)? Pasar finansial global menunjukkan respons berbeda,
tidak sesuai dengan prediksi fundamental.
Di pasar riilmarket, sejak minggu terakhir Juli hingga Senin (24/8),
USD justru menunjukkan reli pelemahan melawan EUR. Terpantau pada 20
Juli 2015, euro diperdagangkan pada harga terendah 1.0807 per dolar AS. Kemudian euro terus menguat hingga Senin (24/8) menjangkau harga
tertinggi 1.1712 per dolar AS, yang berarti menguat 905 poin melawan
dolar AS hanya dalam sekitar empat minggu. Adapun di Tanah Air rupiah
makin tak berdaya, menembus level resisten baru Rp 14.000 per dolar AS.
Hampir semua mata uang melemah terhadap mata uang AS itu yang dipicu
oleh beberapa faktor fundamental yang menyebabkan ketidakpastian ekonomi
global.
Berawal dari krisis Yunani yang terancam gagal bayar utang ke IMF,
berlanjut rontoknya pasar saham Tiongkok, dan sentimen negatif dari
rencana bank sentral AS, The Fed menaikkan suku bunga acuan, di mana
berhembus rumor dilakukan pada September nanti.
Namun rumor tersebut kembali mentah, menyusul pengumuman notulen
hasil pertemuan pejabat Federal Open Market Committee (FOMC) yang
dirilis pada Juli lalu, menyurutkan peluang The Fed menaikkan suku bunga
pada September.
Kemungkinan mundur lagi karena data pertumbuhan ekonomi AS belum
sesuai harapan. Kondisi itu langsung memberi sentimen negatif bagi dolar
AS yang kemudian direspons pasar dengan langsung melemah signifikan
terhadap sejumlah mata uang dunia, terutama euro.Hal itu membuat minat pasar beralih dari dolar AS kepada mata uang
lainnya, dan euro paling mendapat dukungan penguatan dari sejumlah
faktor fundamental, terutama terkait optimisme penyelesaian krisis
Yunani.
Penguatan Sesaat, Namun, analis pasar memprediksi penguatan euro hanya sesaat atau
terbatas, dan ke depan dolar AS tetap meneruskan reli penguatan terhadap
hampir semua mata uang. Terlebih di kawasan Asia, kebijakan Tiongkok yang mendevaluasi yuan
terhadap dolar AS, disusul Vietnam yang mendevaluasi mata uang dong,
dengan tujuan mendongkrak pasar ekspor, justru memicu currency war. Bank
Indonesia (BI) menyatakan tidak mau terlibat dalam perang mata uang.
Saat ini BI fokus mencari strategi menghadapi tekanan ekonomi global,
semakin intens berkoordinasi dengan pemerintah untuk menjaga rupiah
supaya tidak terus melemah.
Di antara strateginya adalah memperkuat cadangan devisa untuk
intervensi pasar menghadapi dolar AS yang terus menguat. Memang,
strategi itu belum sepenuhnya berhasil, terbukti nilai tukar rupiah
terus melemah hingga menembus level mengkhawatirkan, Rp 14.000 per dolar
AS.
Menghadapi kondisi abnormal pasar global tidak cukup mengandalkan
analisis teknikal (bersadarkan data teknis pergerakan harga sebelumnya)
ketika memutuskan masuk pasar tapi perlu mempertajam dengan analisis
fundamental (memantau perkembangan berita-berita ekonomi dunia). Selain itu, perlu memperketat money management dengan menentukan
batas kerugian yang siap ditanggung. Pebisnis sebaiknya melakukan
hedging (lindung nilai) atas investasi yang berisiko mengalami kerugian
akibat pelemahan rupiah, lewat investasi lain yang lebih prospektif guna
menutup kerugian. Bahkan diharapkan bisa meraih keuntungan
oleh Sarby SB Wietha
http://berita.suaramerdeka.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar