PRESIDEN Jokowi akhirnya mengumumkan perombakan kabinet (reshuffle),
sebagian besar menteri yang terkait bidang ekonomi, yaitu menko
perekonomian, menteri perdagangan, dan menko kemaritiman.
Langkah itu tepat mengingat banyak kritik ditujukan kepada menteri
bidang ekonomi karena beberapa indikator ekonomi makro menunjukkan
kememburukan. Indikator utamanya kemelambatan pertumbuhan ekonomi, yang
pada triwulan II-2015 hanya 4,67%, lebih lambat dibanding triwulan
I-2015 sebesar 4,71%. Angka itu bahkan terendah sejak 2011.
Tahun 2011 ekonomi Indonesia tumbuh rata-rata di atas 6% tiap
triwulan. Kondisi saat ini juga diiringi indikator keuangan yang tak
menggembirakan. Pada saat pengumuman reshuffle, IHSG masih di tingkat
4.400- an atau turun 10% dibanding awal 2015.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS Rp 13.800 per dolar AS dari
nilai wajarnya sekitar Rp 12.500. Ada dua penyebab terus melambatnya
pertumbuhan ekonomi kita, yaitu faktor global dan domestik. Faktor
global, pertama, melemahnya pertumbuhan ekonomi negara-negara besar
dunia.
Padahal ekspor Indonesia menyasar ke sana. Hal itu menyebabkan
pertumbuhan ekonomi dunia juga mengalami pelambatan. Kedua, terus
melemahnya harga komoditas primer dunia. Harga minyak mentah dunia
misalnya, sekarang kembali turun 47 dolar AS per barel.
Belum lagi harga komoditas primer lain, dan ini memengaruhi
pendapatan ekspor kita. Ketiga, terus bergejolaknya pasar keuangan dunia
mengingat krisis Yunani yang belum jelas kapan berakhir. Selain itu,
spekulasi pembalikan ekonomi AS yang akan diikuti kebijakan The Fed
menaikkan suku bunga.
Gejolak ini memengaruhi sektor keuangan Indonesia yang makin
terintegrasi dengan pasar keuangan dunia. Keempat, kebijakan devaluasi
mata uang yuan 1,9% oleh Tiongkok untuk mendorong ekspornya. Kebijakan
tersebut menyebabkan perang mata uang antarnegara, termasuk Indonesia.
Adapun dari faktor domestik (dalam negeri), pertama, penyerapan
anggaran di pusat (APBN) dan di daerah (APBD) belum maksimal. Kendala
utamanya kegamangan birokrat mengeksekusi anggaran karena takut terjerat
risiko hukum. Kedua, gejolak pasar keuangan domestik yang belum
teredam, baik oleh pemerintah dan BI yang terindikasikan dari rendahnya
IHSG, maupun persoalan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Ketiga, faktor yang tak bisa dielakkan, yakni musim yang tidak
menentu. El Nino telah membuat musim kemarau di Indonesia bertambah
panjang sampai November 2015. Sebagai negara dengan salah satu sektor
dominan pertanian dalam arti luas, tentu ekonomi kita s a n g a t
terpengaruh.
Kinerja Menteri
Bagaimana upaya mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia? Salah satu
harapannya adalah membaiknya kinerja menteri-menteri bidang ekonomi
hasil reshuffle kali ini. Banyak pihak memprediksikan pertumbuhan
ekonomi kita terus melambat sampai akhir 2015 tapi awal 2016 kembali
naik. Hal itu bisa dipercepat bila kerja dari menteri-menteri hasil
reshuffle bisa lebih cepat. Pertama, para menteri baru di bidang ekonomi
tinggal memanfaatkan kembali menguatnya kepercayaan masyarakat dan
pasar terhadap pemerintah. Tren positif itu karena kebijakan yang sudah
terbukti tepat. Misalnya, keberhasilan mengendalikan harga kebutuhan
pokok selama Ramadan dan Lebaran 2015, percepatan pembangunan
infrastruktur, serta ketegasan di bidang hukum ekonomi (penindakan kasus
dwelling time di Tanjung Priok). Para menteri baru tinggal
mengakselerasi kebijakan yang arahnya sudah tepat. Kedua, para menteri
dan pejabat pusat/ daerah tak perlu ragu mempercepat penyerapan anggaran
sebab dalam waktu dekat ada regulasi beserta sanksi hukumnya yang
membedakan antara pelanggaran administratif dan korupsi. Kejelasan itu
dapat mempercepat penyerapan APBN dan APBD yang selama ini tersendat
karena k e – gamangan pejabat terhadap tuduhan korupsi. Ketiga,
percepatan pembangunan infrastruktur lebih diakselerasi lagi karena
berdampak positif, baik melalui penyerapan tenaga kerja, pemakaian
bahan, dan kegiatan yang terkait, maupun mendorong kegiatan ekonomi.
Keempat, para menteri bidang ekonomi harus secara aktif berkomunikasi
dengan pelaku pasar dan meyakinkan akan ada kebijakan propasar. Hal itu
dapat menahan kepanikan pasar yang biasanya berakibat pada berlanjutnya
kemelambatan pertumbuhan ekonomi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar